Beranda
Sastra Arab
Hanna Mina dan Sastra Iltizam
Februari 09, 2024

Hanna Mina dan Sastra Iltizam

 Hanna Mina dan Sastra Iltizam


Siapakah Hanna Mina? Apakah sastra "iltizam" itu?

Republik Arab Suriah kerap kali tercitra dalam berita, siaran televisi, buku, dan media-media mainstream lainnya dengan tone negatif, yaitu negara yang penuh dengan konflik. Suriah dengan segenap sejarahnya yang panjang nan kompleks, barang tentu tak sekadar “perang” yang menjadi karakteristiknya.

Damaskus sebagai ibu kota Suriah merupakan pusat pemerintahan Dinasti Umayyah selama hampir seabad, yaitu dari tahun 661–750 M. Selama periode tersebut, Damaskus telah menjadi sentra pendidikan Islam dan pengajaran bahasa dan sastra Arab. Berbagai lembaga pendidikan sengaja dibentuk oleh Pemerintah demi tujuan tersebut, salah satunya adalah majelis sastra. Majelis sastra merupakan balai pertemuan yang disiapkan khusus bagi sastrawan dan ilmuwan terkemuka untuk membahas masalah kesusastraan dan urusan-urusan politik.

Lembaga kebahasaan seperti majelis sastra di Suriah masih eksis hingga kini, dibuktikan dengan adanya Akademi Bahasa Arab Damaskus yang berperan penting dalam mengatur dan melestarikan bahasa Arab. Fakta-fakta sejarah inilah yang kiranya cukup membuktikan adanya geliat kehidupan bahasa dan sastra di Suriah.

Selain itu, sejumlah tokoh sastrawan terkemuka seperti Salīm Barakāt, Adūnīs, Nizār Qabbānī, Ḥannā Mīnah, Sa’dallāh Wannūs, dan lain-lain, cukup mencerminkan perkembangan sastra di Bumi Syam tersebut. Para tokoh tersebut sangat produktif melahirkan karya-karya sastra yang fenomenal dengan berbagai genre dan ideologi yang diusung. Salah satu tokoh sastrawan Suriah yang terkenal dengan mazhab adab iltizām atau “sastra komitmen” adalah Ḥannā Mīnah. Lalu siapakah Ḥannā Mīnah dan apakah mazhab adab iltizām itu?

Biografi Hanna Mina

Dilansir dari Wikipedia, Hanna Mina (atau secara transliterasi: Ḥannā Mīnah) adalah seorang novelis berkebangsaan Suriah yang lahir di Latakia, 09 Maret 1924, dan wafat pada usia 94 tahun di Damaskus, Selasa, 21 Agustus 2018 silam.

Hanna Mina dan Sastra Iltizam

Sebelum menjadi seorang novelis, Hanna Mina pernah beberapa kali berganti profesi, mulai dari buruh kapal, tukang cukur, jurnalis, tukang reparasi sepeda, pengasuh anak, pegawai apotek, hingga pegawai pemerintahan. Pengalaman panjangnya inilah yang menginspirasi tulisan-tulisannya tentang penderitaan rakyat jelata dan isu-isu terkait kasta sosial. Salah satu tulisan yang berangkat dari kehidupan pribadinya adalah otobiografi on the Sacks yang diterbitkan pada tahun 1976.

Mazhab Adab Iltizam

Terdapat beberapa mazhab atau aliran dalam sastra, salah satunya adalah mazhab yang mengusung konsep “l'art pour l'art” atau “al-fann li al-fann”.  Mazhab ini melepaskan karya sastra dari nilai-nilai didaktis, moral, politis, atau nilai lainnya. Sebuah karya sastra murni dinilai dari unsur-unsur intrinsik kebahasaan dan hanya bertujuan untuk bahasa, tidak ada sangkut pautnya dengan unsur-unsur ekstrinsik.  Konsep “adab al-iltizām” atau “sastra komitmen” lahir sebagai antitesis terhadap konsep tersebut.

Dalam sebuah artikel berjudul “Al-Iltizām fī al-Adab”, Walīd Ibrāhīm Qaṣṣāb, seorang doktor dalam bidang sastra dari Universitas Kairo, memaparkan bahwa sastra haruslah menjadi sesuatu yang lain dan terikat dengan unsur-unsur lainnya. Menurutnya, sastra itu bersinergi dengan sunatullah. Sebagaimana semua ciptaan Tuhan yang memiliki fungsinya masing-masing, maka demikian pula sastra seharusnya.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan oleh situs Ṣaid al-Fawā’id, Prof. Saḥr ‘Abd al-Qādir al-Labbān memaparkan bahwa iltizām merupakan bentuk partisipasi penyair atau sastrawan yang memiliki keprihatinan terhadap kondisi sosial dan politik, sekaligus mencerminkan sikap nasionalisme dan tekad untuk memperjuangkan apa yang seharusnya.

Lebih lanjut, ia mengutip pendapat Aḥmad Abū Ḥāqqah, akademisi bahasa dan sastra, dalam bukunya al-Iltizām fī al-Syi’r al-‘Arabī:

Iltizām memuncaki tingkat tertinggi sebagai sikap yang diambil oleh seorang cendekia, sastrawan, atau seniman. Sikap ini menuntut ketegasan, kejelasan, keikhlasan, kejujuran, dan kesiapan dalam diri seorang cendekia untuk selalu menjaga komitmen (iltizām) serta menanggung segala konsekuensinya.”

Christopher Murray Grieve alias Hugh MacDiarmid, penyair Skotlandia, dalam sebuah artikel berjudul “Adab al-Iltizām wa Mawāqif al-Ādāb al-‘Ālamiyyah Minh” mendefinisikan adab iltizām sebagai komitmen dalam politik dan perjuangan membela negeri. Sastra berfungsi sebagai media dakwah.

Simpulan

Benang merah yang dapat ditarik dari pendapat-pendapat di atas adalah karya sastra tidak melulu seputar intrinsik kebahasaan, melainkan ia mempunyai fungsi pragmatisnya. Pendekatan inilah yang kiranya dipegang oleh Hanna Mina dalam melahirkan karya sastra.

Dengan latar belakangnya yang berasal dari kalangan jelata, juga kondisi negerinya yang penuh dengan konflik internal dan eksternal, Hanna Mina mengarahkan karya-karyanya untuk menyasar fungsi didaktis pada sastra. Ia memperjuangkan nilai-nilai sosial dan politik dengan mengangkat realitas masyarakat negerinya. Demikianlah kiranya ia disebut sebagai salah satu novelis besar Arab yang terkenal dengan aliran realisme sosialis.


Referensi

hmn.wiki. “Akademi Arab Damaskus.” Diakses 17 Desember 2022. https://hmn.wiki/id/Arab_Academy_of_Damascus

“Art for Art’s Sake.” Dalam Wikipedia, the Free Encyclopedia, 19 November 2022. https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Art_for_art%27s_sake&oldid=1122739273.

Crowley, Tony. “Commitment.” Key Words: A Journal of Cultural Materialism, no. 16 (2018): 84–85.
“Damaskus.” Dalam Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, 24 April 2022. https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Damaskus&oldid=21025006.

“Hanna Mina.” Dalam Wikipedia, 6 September 2022. https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Hanna_Mina&oldid=1108819068.

“Ḥannā Mīnah.” Dalam Wīkībīdyā, al-Mausū’ah al-Ḥurrah, 27 November 2022. https://ar.wikipedia.org/w/index.php?title=%D8%AD%D9%86%D8%A7_%D9%85%D9%8A%D9%86%D9%87&oldid=59949465.

Ḥāqqah, Aḥmad Abū. Al-Iltizām fī al-Syi’r al-‘Arabī. Dār al-‘Ilm li al-Malāyīn, 1979.

Labbān, Saḥr ‘Abd al-Qādir al-. “Mafhūm al-Iltizām fī al-Adab.” Ṣaid al-Fawā’id. Diakses 19 Desember 2022. http://www.saaid.net/daeyat/saharlabban/30.htm.

Mikhail, Mona. “Iltizam: Commitment and Arabic Poetry.” World Literature Today 53, no. 4 (1979): 595. https://doi.org/10.2307/40133014.

Permana, Farid. “Pendidikan Islam dan Pengajaran Bahasa Arab pada Masa Dinasti Umayyah.” Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan, 14 Desember 2018, 47. https://doi.org/10.35931/aq.v0i0.74.

Qaṣṣāb, Walīd Ibrāhīm. “Al-Iltizām fī al-Adab.” Al-Alūkah: al-Adabiyyah wa al-Lugawiyyah, 11:03:00 PM. http://www.alukah.net/literature_language/0/949/الالتزام-في-الأدب/.

Snous, Said, dan Hocine, Farsi. “Adab al-Iltizām wa Mawāqif al-Ādāb al-‘Ālamiyyah Minh.” ASJP: Algerian Scientific Journal Platform 10, no. 03 (2021): 29–42.

Thomas, Pamela. “10 Penulis Suriah Yang Harus Anda Ketahui.” id.yourtripagent.com. Diakses 17 Desember 2022. https://id.yourtripagent.com/10-syrian-writers-you-should-know-7273.


Ditulis oleh: Tafkur Bahril Wahid

Tidak ada komentar